14 Siswa HIV di Solo Diusir dan Ditolak Sekolah, KPAI Turun Tangan

Rabu, 27 Februari 2019

Foto : 
Indragirione.com – Sebanyak 14 siswa HIV di Solo ditolak sejumlah orangtua siswa bersekolah di sekolah formal menjadi perhatian khusus Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, turun tangan melakukan pengawasan langsung ke Solo pada 26 – 28 Februari 2019.

Pada Selasa (26/2/2019) Retno melakukan pengawasan ke rumah singgah Lentera di mana ke- 14 siswa pengidap HIV tinggal dalam setahun terakhir ini.

Sebelumnya, Lentera yang memfasilitasi 14 siswa HIV mengalami 4 kali pindah rumah karena ditolak dan diusir warga sekitar. Bahkan, ada satu rumah kontrakan yang sudah dibayar, tetapi belum pernah ditempati karena sudah terlanjur ditolak warga sekitarnya.

Rumah yang saat ini ditempati Lentera, tanahnya berstatus hak guna pakai atas bantuan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) dan Pemerintah Kota Solo.

“Pihak Lentera mengakui bahwa selama ini perhatian, dukungan dan bantuan Kemensos maupun Pemerintah Kota sangat besar terhadap anak-anak dengan HIV ini. Ada bantuan biaya makan sebesar Rp 10.000 per anak perhari. Sementara dukungan kesehatan berupa biaya kontrol dan obat ke Rumah Sakit Daerah (RSU) ditanggung Pemerintah Kota Solo,” urai Retno dalam keterangannya kepada Pojoksatu.id, Rabu (27/2/2019).

Lentera adalah Lemba Swadaya Masyarakat (LSM) yang selama ini merawat, mengasuh dan membesarkan anak-anak dengan HIV. Anak-anak tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada satu orang yang berasal dari Timika, Papua.

Lentera bersedia merawat anak-anak dengan HIV, syaratnya tidak ada keluarga anak tersebut yang tidak bersedia atau tidak mampu mengasuh anak-anak yang terlahir dengan HIV tersebut.

KPAI bertemu para pengasuh dan menanyakan kondisi anak-anak pasca kasus penolakan sejumlah orangtua di sekolah tempat mereka menuntut ilmu selama ini. Penolakan terjadi setelah ada kebijakan regrouping sekolah-sekolah SD dengan alasan kekeruangan murid.


“Alhamdulillah kondisi psikologis anak-anak tidak ada masalah, karena penolakan semacam ini ternyata sudah beberapa kali terjadi, sehingga anak-anak tersebut lebih kuat mentalnya dalam menghadapi penolakan tersebut,” ungkap Pugar, Pimpinan Lentera.

Saat KPAI berkunjung ke rumah singgah, tampak halaman depannya teduh karena banyak pohon besar dan rindang. Ada sejumlah mainan anak-anak seperti perosotan dan ayunan, juga ada jemuran dan banyak kasur anak yang biasa digunakan anak-anak yang diasuh Yayasan Lentera.

“KPAI menyaksikan keceriaan anak-anak yang sedang bermain, bercanda, makan snack, dan saling ngobrol dengan beberapa tamu yang kebetulan datang ke Lentera untuk berbagi makanan dan menghibur anak-anak tersebut,” pungkas Retno.

pojoksatu