Bupati Inhil Komitmen Sejahterakan Masyarakat dengan Memajukan Perkebunan kelapa

Kamis, 20 April 2023

Dokumentasi Humas

INHIL,- Kabupaten Indragiri Hilir dengan ibukotanya Tembilahan terkenal sebagai daerah penghasil kelapa terbesar di Riau bahkan di  Indonesia.

Produk- produk  olahan kelapa dan turunannya seperti minyak goreng, Nata De coco, minuman Hydrococo, santan instant Kara dan lain- lainnya, dengan merk- merk yang sudah sangat akrab ditelinga masyarakat kita karena selalu terpajang mulai dari kedai kecil di desa sampai ke supermarket besar dan terkenal  di ibukota.

Merk produk olahan kelapa ini sudah sangat akrab ditelinga masyarakat indonesia, karena setiap hari selalu muncul iklan nya di TV swasta, tidak terhitung jumlahnya berapa kali tayang dalam 24 jam.

Hal ini menggambarkan  berapa besar hasil kelapa dan berapa besar bisnis dan keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan kelapa.

Tentunya kemampuan ini akan mampu membuat sejahtera masyarakat Inhil.

Namun bila kita berkunjung  dan melihat langsung ke daerah penghasil kelapa terbesar di indonesia ini, saya sedikit kecewa,karena kenyataanya masyRakat Inhil sebagian besar hanya sebagai pekerja atau buruh saja, sedangkan owner  bisnis pabrik pengolahan kelapa yang membuat harum nama Inhil bukanlah masyarakat tempatan atau warga asli Inhil, tapi pabrik pengolahan kelapa itu adalah milik pendatang atau pengusaha dari luar Inhil yang berinvestasi di Inhil.

Dari beberapa hasil  wawancara dengan rombongan wartawan dari PWI Riau yang mengadakan kunjungan untuk penulisan Lomba Karya Tulis Ali Kelana.(lKTJ)
Masyarakat Inhil atau kota tembilahan pada khususnya lebih banyak hanya sebagai pekerja atau buruh di pabrik.

Hanya sedikit masyarakat Inhil yang memiliki kebun kelapa, itupun tidak cukup luas hanya beberapa puluh  pohon dan kebanyakan pohon- pohon kelapa mereka sudah mati karena sudah tua, atau kena serangan hama atau karena seringnya terjadi banjir pasang air laut (rob).

Diantara masyarakat Inhil yang bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa di tembilahan adalah Pasangan suami istri yang bekerja sebagai buruh harian  pengupas jambul dan tukang congkel kelapa, Ahmad Syahri (44) dan Juliana (29) di Desa Pulau Palas Kecamatan Tembilahan Hulu.

" Dulu kami punya kebun kelapa empat baris, kira-kira ada 65  pohon, hasilnya lumayan untuk membiayai keluarga. Kami, tapi karena seringnya banjir pasang air laut, pohon kelapa kami itu berangsur mati, " terang Ahmad Syahri  sambil tetap melanjutkan pekerjaannya mengupas jambul kelapa.

Demikian juga dengan Idrus (55) seorang pengupas kelapa di Kampung Hidayat Kecamatan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri Inhil Sabtu (18/3/2023) kepada Siberrindo.com mengatakan sudah lama menekuni pekerjaannya walaupun dia juga memiliki kebun kelapa sendiri yang tidak begitu luas.

Dari Penghasilan mengupas kelapa ini, Idrus bisa menghidupi tujuh orang anaknya.

"Yang masih sekolah disini, SMA sama SD, di Kalimantan ada tiga orang pondok, laki-laki dua, perempuan satu," terang Idrus  

Idrus , bisa mengupas 1.500 butir per hari, kalau tapi kadang - kadang  hanya 1.000 butir per hari, dengan upah per butir Rp130. Tergantung kondisi fisiknya.

Dari hasil upah mengupas kelapa inilah Idrus membiayai  keluarganya dan sekolah anak anaknya.

Kasiran (63), pemilik kebun kelapa Sabtu (18/3/2023) di Kampung Hidayat Desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri mengeluhkab rendahnya harga jual kelapa hasil kebunnya  setelah dikupas dijual dengan harga Rp1.500 per kilogramnya.

"Harga kelapa turun sekarang Rp1.500, dulu wakktu harga bagus  satu kilo  harganya pernah Rp 3200,
Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja " keluh Kasiran.

Bupati Inhil, HM Wardan, telah melakukan berbagai uasaha perbaikan terhadap perkelapaan di wilayahnya  “Semua akan saya lakukan agar petani kelapa di Indragiri Hilir sejahtera, karena saya juga anak petani,” janjinya. 

Sejumlah peraturan daerah yang dapat menjamin kedaulatan kelapa memang telah dibuat. Misalnya, Peraturan Daerah (Perda) Tata Niaga Kelapa, Perda Resi Gudang, dan Perda BUMDes untuk menunjang Perda Tata Niaga Kelapa. Pada 2019 disahkan pula perda tentang penetapan pakaian Melayu dan tanjak dari kelapa pada tiap Jumat bagi pegawai.

Bupati Wardan menyadari kehidupan penduduk Inhil sangat bergantung pada kelapa. Karena itu, menurut dia, di sini kelapa disebut sebagai “pohon kehidupan”.

Betapa tidak, dari akar sampai pucuk daun pohon kelapa semuanya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Daun kelapa, misalnya, untuk atap rumah, bahan kulit ketupat, janur, dan sapu lidi.

Dari buahnya ada air kelapa yang sangat bermanfaat sebagai pengganti ion tubuh. Daging kelapa muda untuk pelepas dahaga. Kelapa tua untuk minyak dan sebagainya. 

“Produksi dari buah kelapa ini banyak," ungkap Wardan yang bangga disebut 'bupati kelapa'. Selain santan juga ada minyak kelapa murni (VCO), nata de coco, Kara, Dydor Coco, gula, dan sebagainya.

Sedangkan tempurungnya bisa dijadikan karbon, briket, dan keperluan lain. Batangnya untuk bahan bangunan dan perabotan. Sabutnya bisa dijadikan cocofiber (serat sabut kelapa) dan limbahnya sebagai cocopeat (serbuk sabut kelapa). Cocofiber memiliki pasar yang cukup baik di Cina. Sedangkan cocopeat dibutuhkan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk media tanam pembibitan akasia dan eukaliptus.

Wardan memiliki impian besar terhadap kelapa. Impian tersebut, ungkapnya, akan diwujudkan dengan membangun museum kelapa, mendirikan politeknik perkebunan kelapa, dan mencanangkan gerakan satu rumah satu produk kelapa, serta agrowisata kelapa. Semuanya bermuara untuk kesejahteraan masyarakat Inhil  dengan tagline “Kelapa Menjulang  Masyarakat Gemilang”.

Potensi kelapa memang cukup besar dari Negeri Seribu Parit ini. Namun belum semuanya bisa digarap menjadi bisnis yang menguntungkan ekonomi masyarakat.

Perkebunan kelapa di Inhil merupakan  perkebunan kelapa yang menjadi sentra perkebunan terbesar di Indonesia.

Namun kini perkebunan kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir  mengalami penurunan, dimana luas lahan sekarang sudah berada di bawah 400.000 hektar. Penyebab penurunan luasan tersebut dikarenakan  pengelolaannya yang kurang produktif, banyaknya tanaman yang sudah tua dan rusak yang seharusnya diremajakan, banyaknya petani yang beralih ke komoditas sawit dan ada sebagian perkebunan petani yang masuk dalam kawasan hutan sehingga menjadi kendala dalam pelaksanaan program replanting.

Sepanjang tahun 2021, Kabupaten Indragiri Hilir mendapatkan alokasi replanting atau peremajaan tanaman kelapa seluas 200 hektar, 100 hektar merupakan program bantuan dari peremajaan tanaman kelapa lewat APBN, dan 100 hektar bersumber dari APBD. Potensi perkebunan untuk komoditi kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir menjadi yang paling tertinggi di Indonesia dengan luas sekitar 400.000 hektar.