Difusi Inovasi Dalam Implementasi Program CSR

Senin, 19 Desember 2022

Gambar: Asri Dewi dalam kegiatan kampus

ASRI DEWI

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Riau.

INDRAGIRIONE.COM,- Kontribusi perusahaan dalam membangun lingkungan masyarakat diwujudkan melalui berbagai program inovasi, salah satunya adalah Corporate Social Responsibility (CSR). Lamarche (2018) menjelaskan bahwa CSR merupakan “Kontribusi sukarela perusahaan untuk pembangunan berkelanjutan”, definisi CSR menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD, 2002) “As a commitment to contribute to the sustainable economic development, to work with the company’s employees, employee’s family’ members, local community members and community in general as the efforts of improving the quality of life” sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini merupakan hal sukarela yang dilakukan perusahaan, diluar proses bisnis mereka untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan masyarakat di lingkungan operasional perusahaan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat. CSR saat ini diatur melalui Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Konsep CSR dipengaruhi pemikiran bahwa keberadaan perusahaan bergantung hidup dari lingkungan dan masyarakat di mana dia berada. Kegiatan CSR harus disesuaikan dengan permasalahan yang ada pada sekitar lokasi perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab kepada para stakeholders dan lingkungannya (Rosilawati dan Mulawarman, 2019).

Aktivitas perusahaan terutama pengelola sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi dan gas serta pertambangan memiliki dampak lingkungan yang besar seperti limbah, polusi, rusaknya infrastruktur umum, hingga kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas mesin. Hubungan antara perusahaan dan masyarakat dapat berperan dalam pelestarian lingkungan, di sisi lain dapat menjaga relasi antara kedua belah pihak. Perusahaan juga mendapatkan tantangan untuk menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis dan CSR dalam pengambilan keputusan mereka. CSR juga semakin dipandang penting dalam meningkatkan dan memelihara reputasi korporat serta dipandang sebagai strategi komprehensif dalam perusahaan yang berorientasi pada pemegang kepentingan (Silberhorn & Warren, 2007). Tidak hanya menyelesaikan tanggung jawab sosial yang memungkinkan organisasi untuk menunjukkan tingkat moral atau perilaku etis mereka yang tinggi, tetapi juga telah terbukti memberi mereka manfaat instrumental dan berbagai jenis keunggulan kompetitif. Mencakup hal-hal seperti kinerja keuangan yang unggul, reputasi yang meningkat, tenaga kerja yang lebih termotivasi, dan kemampuan untuk menarik karyawan yang diinginkan (Salim, 2018). Perusahaan juga harus memperhatikan dampak dari program pembangunan berkelanjutan yang memiliki kebijakan pembangunan sosial, pembangunan ekonomi, dan perlindungan lingkungan yaitu konsep Triple Bottom Line (TBL) (Untung, 2008). Konsep ini menyatakan bahwa, jika perusahaan ingin sustain maka perusahaan harus memperhatikan aspek 3P (People, Planet, Profit) karena pada dasarnya pembangunan berkelanjutan tidak dapat dilihat dari satu aspek saja.

 

Menurut Wibisono (2007), implementasi CSR dilaksanakan melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan, yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. 

2. Implementasi terdiri dari Sosialisasi, Pelaksanaan, dan Internalisasi.

3. Evaluasi

4. Pelaporan

Dalam seluruh tahapan yang dilalui pada implementasi program CSR, Komunikasi memiliki peran yang signifikan dalam semua tahapan. Komunikasi yang baik akan memberikan pemahaman persepsi yang lebih efektif antara 2 pihak yang akan melaksanakan program bersama, Impelementasi CSR harus mempertimbangkan penggunaan pendeketan komunikasi yang paling efektif sesuai dengan karakteristik penerima manfaat program nya. 

Teori Difusi Inovasi seringkali diterapkan dalam konteks komunikasi pembangunan, teori ini diperkenalkan oleh Everett Rogers dengan pengertian bahwa “proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide baru yang dipandang secara subjektif”, serta makna inovasi perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah konstruksi sosial. Oleh karena itu, elemen difusi terdiri atas 4 hal (Suciati,2017) yaitu:

1. Inovasi

2. Dikomunikasikan melalui saluran tertentu

3. Dari waktu ke waktu

4. Diantara anggota sistem sosial

Dan tahap-tahap dalam keputusan inovasi meliputi 5 hal (Suciati,2017) yaitu:

1. Pengetahuan

2. Persuasi

3. Keputusan

4. Implementasi

5. Konfirmasi

Sebuah proses difusi dipandang sebagai jenis komunikasi khusus dalam rangka menyebarkan inovasi, dengan menggunakan komunikasi 2 tahap melalui opinion learder dan individu-individu. Penerimaan akan semua inovasi akan lebih cepat terjadi jika kelompok sasaran termasuk dalam homofili, yaitu kondisi dimana kelompok masyarakat yang berinteraksi memiliki kesamaan dalam sifat, keyakinan, nilai, status sosial, serta pendidikan. Dilain sisi, jika termasuk dalam kelompok heterofili, ketika kondisi komunikator dan komunikan benar-benar berbeda akan menimbulkan masalah dalam proses komunikasi itu sendiri (Suciati, 2017).

 

Artikel ini akan membahas bagaimana sebuah proses Difusi Inovasi berdampak pada impelemtasi Konservasi dan Revitalisasi Mangrove pada program CSR Permata Hijau Pesisir Gambut di PT KPI RU II Sungai Pakning.

Pemanasan Global (Global Warming) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca memberikan dampak yang cukup besar bagi lingkungan. Ancaman terbesar dari pemanasan global dan perubahan iklim adalah kenaikan muka air laut yang bisa mengancam kehidupan manusia maupun ekosistem lain yang ada di kawasan pesisir yaitu kenaikan muka air laut yang akan sangat dirasakan oleh banyak negara- negara kepulauan misalnya seperti Indonesia. Salah satu penyebab terbesar dalam kenaikan muka air laut adalah peningkatan temperatur air laut yang menyebabkan terjadinya pemuaian terhadap volume air laut sehingga massa air laut berubah dan meningkat. Selain itu, mencairnya glasier pegunungan dan tutupan es juga diprediksikan akan menjadi penyebab utama kenaikan muka air laut (Haristyana dkk, 2012). Untuk kawasan pantai yang saat ini dalam kondisi stabil, dapat berubah menjadi pantai yang erosional. Untuk kawasan pantai yang saat ini dalam kondisi sedimentasi, maka sedimentasi akan tetap berlangsung meskipun dengan laju yang berkurang akibat kekuatan gelombang (Setyawan, 2016). Terutama wilayah pesisir gambut, dengan karakteristik lahan yang mudah amblas, kenaikan muka air laut ini juga memberikan dampak yang lebih besar bagi lahan di pesisir gambut yaitu terjadinya abrasi dan hilangnya daratan gambut pesisir yang berujung pada berbagai permasahan sossial dan lingkungan lainnya memperlihatkan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat kuat antara permasalahan lahan gambut di daratan dan pesisir. Kompleksitas permasalahan yang lebih luas ini menjelaskan bahwa kegiatan penanganan permasalahan di lahan gambut tidak cukup dengan menyelesaikan permasalahan karhutla, namun harus melalui multiaspek agar terciptanya Ekosistem Gambut Yang Komprehensif.

Hasil Pemetaan Sosial (2017) KPI RU II Sungai Pakning menunjukkan terdapat permasalahan yang cukup besar diwilayah pesisir gambut wilayah operasional perusahaan yaitu Bencana Abrasi Pesisir yang disebabkan oleh penebangan mangrove secara liar, kegagalan penanaman mangrove, kuatnya hempasan ombak, hingga minimnya pengetahuan masyarakat dalam teknik penanaman mangrove dan diperparah oleh perilaku masyarakat yang melakukan penebangan mangrove secara masal untuk kebutuhan cerocok dan arang, mengakibatkan ekosistem pesisir kehilangan tanaman pondasi nya. Terutama hutan mangrove yang dapat menyimpan lebih dari tiga kali rata-rata penyimpanan karbon per hektar oleh hutan tropis daratan (Donato, et al. 2011). hal ini juga mengakibatkan kondisi lingkungan pesisir semakin kritis hingga mengakibatkan permasalahan sosial di Desa Pangkalan Jambi yaitu relokasi penduduk yang semula bermukim diwilayah pesisir harus relokasi dari Desa Asal ke wilayah yang lebih tinggi dan lebih jauh 300 meter dari permukiman sebelumnya (Dewi, A. 2020). Fenomena ini mengakibatkan wilayah pesisir mengalami abrasi sepanjang 115 meter.

 

Dalam pelaksanaan Inovasi Sosial untuk penanganan bencana di lingkungan masyarakat, diperlukan strategi dengan mempertimbangkan potensi dan kebutuhan masyarakat. Kondisi pesisir Desa Pangkalan Jambi yang telah mengalami kerusakan dan abrasi, direvitalisasi melalui strategi Pengembangan Produk, Layanan, dan Program Baru dengan pembuatan inovasi TRIMBA (Triangle Mangrove Barrier) untuk menangani abrasi sekaligus merevitalisasi ekosistem mangrove di wilayah pesisir.

Implementasi inovasi TRIMBA ini, tidak lepas dari peran komunikasi 2 arah yang dilakukan oleh PT KPI RU II Sungai Pakning dan Koperasi Berkah Jaya Bersama sebagai penerima manfaat program. Berikut penjelasan proses keputusan implementasi inovasi sosial berdasarkan Teori Difusi Inovasi:

1. Pengetahuan

Adalah sebuah tahap yang menjelaskan bagaimana sebuah inovasi berfungsi. Pada proses ini, terdapat interaksi bertahap dalam penyampaian inovasi oleh inventor kepada penerima manfaat. Komunikasi intens dan 2 arah diperlukan agar terdapat kesamaan persepsi dan pengetahuan kedua belah pihak. Dalam implementasi inovasi TRIMBA, transfer knowledge telah dilaksanakan oleh pihak perusahaan kepada masyarakat melalui FGD, sosialisasi, dan pelatihan sehingga telah terdapat kesamaan pengetahuan. 

2. Persuasi

Adalah pembentukan sikap terhadap inovasi. Proses persuasi juga dilakukan dalam proses komunikasi melalui FGD, sosialisasi, dan pelatihan tersebut melalui pesan-pesan ilmiah dan data pendukung yang menjelaskan bahwa inovasi tersebut penting diimplementasikan. Dalam inovasi TRIMBA, proses persuasi berlangsung didukung dengan adanya kondisi lingkungan pesisir yang semakin kritis sehingga diperlukan upaya perbaikan lingkungan mangrove pesisir melalui inovasi TRIMBA tersebut.

3. Keputusan

Adalah aktivitas yang menentukan akan mengadopsi atau menolak inovasi. Pada tahapan ini, terdapat pengambilan keputusan bagi kedua belah pihak terkait implementasi inovasi tersebut. Koperasi Berkah Jaya Bersama, yang memiliki visi untuk merestorasi lingkungan pesisir juga memiliki kepedulian akan lingkungan mereka sehingga kelompok tersbeut memutuskan untuk melaksanakan inovasi TRIMBA. 

4. Implementasi

Adalah penggunaan inovasi. Dalam tahapan ini, masyarakat secara swadaya, didukung dengan bantuan pelatihan, sapras, dan finance dari perusahaan melaksanakan pembangunan inovasi TRIMBA. Yang dibangun dengan jarak 50 meter dari daratan sepanjang 300 meter menggunakan kayu nibung, yang tergolong dalam kayu komoditas kelas kuat III sehingga lebih tahan lama. Inovasi ini selain bertujuan untuk menahan arus ombak, juga menangkap sedimen untung mendukung bertambahnya daratan baru dan meningkatkan pertumbuhan bibit mangrove. 

5. Konfirmasi

Adalah penguatan keputusan inovasi yang dibuat. Koperasi Berkah Jaya bersama menegaskan bahwa pengadopsian inovasi ini dilakukan untuk merestorasi lingkungan pesisir. 

 

Inovasi ini berhasil berdampak pada bertambahnya daratan pesisir baru seluas 28.380 m3 , berhasilnya penanaman bibit mangrove sebanyak 80.000 bibit, hingga meningkatnya Indeks keanekaragaman hayati. Proses penerimaan inovasi tidaklah mudah, dikarenakan terdapat beberapa kesulitan bagi orang pada umumnya untuk menerima hal baru sehingga diperlukan proses dan tahapan komunikasi dalam penyampaian inovasi agar pesan tersebut dapat dipahami oleh kelompok sasaran dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan masing-masing kelompok masyarakat. 

*Artikel ini diterbitkan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah isu-isu komunikasi