Edukasi Sex Bagi Anak Tidak Kalah Penting Dari Perang Melawan Covid 19

Senin, 20 Juli 2020

KHAIDIR RAHMAN, M. Pd

Indragirione.com, - Di tengah perjalanan, lamunan yang biasanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran tentang wabah covid-19 seketika terhenti. Betapa tidak, ketika kendaraan yang saya tumpangi menurunkan orang, pandangan saya tertuju kepada tingkah sepasang anak yang kisaran usianya 5 tahun menirukan adegan dewasa.  Meski masih dengan pakaian lengkap dan sepertinya dianggap “ecek-ecek” tetap saja tidak pantas dan tak sesuai dengan usianya. 


Memang tidak sehangat topik covid-19, tapi menurut saya pendidikan sex bagi anak tidak kalah penting.

Jika virus corona  biasanya menyerang sistem pernapasan, sementara penyimpangan prilaku seksual dapat mengganggu mental juga tidak menutup kemungkinan menyerang fisik. Pencegahan wabah virus corona dapat dilakukan melalui edukasi budaya hidup bersih dan physical distancing. Penyimpangan dan pelcehan seksual pada anak dapat diminimalkan dengan pendidikan seksual bagi anak.


Secara garis besar, anak dibentuk oleh keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah. Kita berperan dalam membentuk karakteristik anak sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sungguh miris apabila budaya apatis menjadi sekat antar tetangga. Anak merupakan individu yang belum dewasa secara fisik dan mental. Butuh bimbingan, panutan, dan pertimbangan dari orang lain sampai akhirnya menuju fase dewasa.
Menurut undang-undang nomor 35 Tahun 2014 menyatakan bahwa anak merupakan seseorang yang belum berusia 18 tahun.

 Masih dalam undang-undang yang sama, dinyatakan bahwa perlindungan anak  diselenggarakan oleh Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali. Jika ada anak-anak yang coba meniru adegan dewasa maka dapat dipastikan ada yang salah pada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Disinilah pentingnya pendidikan sex terhadap anak-anak sesuai dengan usianya.


Banyak orang tua yang menganggap pendidikan sex merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Antipati terhadap pendidikan sex terjadi karena anggapan pendidikan sex menjadi dorongan untuk melakukan hubungan seksual. Padahal penddikan sex bukan berarti menjelaskan kegiatan seksual (senggama) melainkan lebih kepada mengenal kesehatan alat reproduksi dan dapat dijadikan proteksi pelecehan seksual pada anak. 


Pada balita, orang tua dapat mengajarkan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dilihat maupun disentuh orang lain. Anak juga sudah dapat diajarkan perbedaan organ antara pria dan wanita. Proses pembelajaran dapat dilakukan sambil bermain atau ketika malakukan aktivitas sehari-hari. 

Misalnya, saat seorang ibu memandikan atau cebok setelah buang air terhadap anaknya. Ibu dapat menjelaskan bahwa organ reproduksi, bagian dada, pantat merupakan area pribadi. Anak juga diajarkan menutup aurat, menanamkan rasa malu dan menjaga kehormatannya.


Anak sangat rentan mejadi korban pelecehan seksual. Masih hangat berita tentang pencabulan anak yang dilakukan oleh seorang warga negara Prancis di Indonesia. Jumlah korban mencapai 305 remaja puteri. Sempat juga viral kasus pencabulan pengurus gereja di depok terhadap anak di bawah umur.

 Kasus-kasus tersebut layak menjadi peringatan bagi orang tua untuk lebih berhati-hati dalam edukasi dan pengawasan terhadap anak. Kejadian pelecehan seksual tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa laki-laki terhadap anak perempuan, namun juga kemungkinan bisa terjadi laki-laki dewasa dengan korban anak laki-laki.


Hari anak nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli hendaknya dijadikan momentum peningkatan edukasi dan usaha meminimkan pelecehan seksual terhadap anak. Pendidikan seks bukan merupakan hal yang tabu. Tentu saja hal-hal yang diajarkan sesuai dengan sosial budaya, norma dan agama.


 Mari maknai pendidikan sex secara positif dalam artian pengenalan kesehatan alat reproduksi, pencegahan seks bebas dan salah satu cara meminimalkan pelecehan seksual anak. Sebuah jurnal penelitian meunjukkan bahwa ada peningkatan proteksi diri pada anak usia dini setelah mendapatkan program pendidikan seksual (Zerina, 2012).


 Rumah tangga menjadi pondasi dasar dalam pendidikan seksual bagi anak. Masayarakat, lembaga pendidikan dan Negara juga wajib hadir menjaga tumbuh kembang anak. Siapapun kita, apapun kita tetap mempunyai porsi dalam tumbuh kembang anak. Anak dapat menjadi cerminan keadaan suatu bangsa di masa depan.