Hobi Tanaman yang Menjanjikan di Masa Pandemi

Sabtu, 28 November 2020

Bisnis tanaman menjadi sangat menjanjikan di tengah pandemi Covid-19

Indragirione.com, - Saat aktifitas menjadi terbatas akibat pandemi Covid-19, tidak demikian dengan kreatifitas. Beragam ide perlu dikembangkan untuk menjadikan imbauan “di rumah saja” menjadi tak sia-sia. Bahkan dari sekadar hobi pun bisa dibuat menjadi usaha yang memberikan keuntungan tersendiri. Seperti yang dilakukan beberapa orang warga Pekanbaru ini.

Didang Satria misalnya. Berawal dari sekadar coba-coba dan untuk konsumsi sendiri, kini usaha bercocok tanam yang dirintisnya dengan nama Shafana Garden, ternyata sukses menarik konsumen.

Berbeda dengan kebanyakan cara berkebun yang langsung di tanah, untuk usaha bercocok tanam yang digagas Didang yakni menanam memakai media vertikular tower.

Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam di ruang atau lahan sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat. Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal.

“Berkebun dengan cara vertikultur tower sangat menghemat penggunaan lahan. Vertikultur tower dapat diisi dengan media tanam berupa campuran tanah, sekam bakar dan pupuk kandang/kompos. Bisa juga dengan sistem hidroponik,” jelas Didang beberapa waktu yang lalu.

Didang menuturkan, awal mula ketertarikannya pada usaha vertikular tower. Di masa pandemi, ia yang sebagai salah seorang karyawan perbankan lebih banyak waktu di rumah. Karena sering membuka informasi mengenai bercocok tanam secara vertikal di media sosial, ia pun tertarik untuk mencoba.

“Kebetulan informasi bercocok tanamnya ditujukan untuk pemanfaatan lahan yang terbatas. Jadi beli bahanbahan seadanya. Awalnya hanya untuk dipakai sendiri. Tapi waktu diunggah di sosmed, banyak yang berminat. Akhirnya memberanikan diri untuk menerima orderan,” tutur Didang.

Dia mensinyalir karena saat pandemi, aktivitas di luar rumah terbatas. Sehingga orang lebih banyak di rumah sehingga mencari kesibukan sesuai hobi. Bercocok tanam salah satunya. Makanya banyak yang tertarik untuk bercocok tanam dengan sistem vertikular tower. Apalagi hampir rata-rata lahan pekarangan rumah di perumahan juga terbatas.

Didang menjelaskan, bercocok tanam dengan vertukular tower secara teorinya sangat menguntungkan. Dalam satu meter persegi, kita bisa menanam kurang lebih 96 tanaman. Ukuran 120 cm dengan 24 lubang tanam perlu sekitar 4 batang. Cocok untuk sayuran daun seperti sawi, pakcoy, bayam, kangkung.

Sementara untuk pecinta bunga, bisa juga memanfaatkan produk ini. Tampilan bunga akan menjadi lebih menarik.

Untuk daerah Pekanbaru, saat ini lanjut Didang belum ada yang mempunyai usaha serupa. Kecuali untuk yang horizontal. Yakni bercocok tanam secara hidroponik. “Ke depannya, kami berusaha membuat vertikultur tower ini dengan sistem hidroponik. Jadi tetap irit lahan, mudah dalam penyiraman, hasil maksimal. Sekarang masih dengan sistem konvensional dengan memakai media tanam tanah,”imbuhnya.

Kendati terbilang baru menekuni bercocok tanam dengan sistem vertikular tower namun Didang cukup menguasai teknik. Menurutnya untuk proses penanaman sendiri tidak sulit. Pot alas diisi tanah sedikit. Masukkan VT ke pot, dan isi tanah hingga pot penuh dan VT berdiri kokoh. Jika kurang kokoh, bisa ditambah dengan batu-batu kerikil. Lalu VT diisi tanah dari atas hingga penuh.

Tusuk-tusuk setiap lubang untuk memadatkan biarkan sehari, dua hari agar tanah memadat sendiri dan harus selalu disiram. Semai benih di tempat lain. Bisa menggunakan pot tray, bisa menggunakan botol bekas, mangkok dan lainnya yang sesuai. Jangan lupa disiram. Masa tumbuh kecambah sekitar 2-3 hari. Kecuali kangkung yang 1 hari sudah keluar kecambah. Setelah tumbuh 3 -4 daun, bibit sudah kuat dan bisa dipindah ke VT.

Untuk bercocok tanam biasanya memakai pupuk agar pertumbuhan maksimal. Usahakan memakai pupuk organik, jauhi pestisida, apalagi jika tujuan berkebun untuk dimakan sendiri. Untuk membuat pupuk organik juga sangat mudah. Semangkok nasi basi yang sudah tumbuh jamur warna orange, 2 tutup isi EM4 atau boleh ditukar dengan sebotol Yakult, sepotong gula merah dan seliter air cucian beras.

Campur semua bahan, masukkan dalam botol. Fermentasi sekitar tujuh hari atau sampai gasnya habis dan berbau tape. Setiap hari jangan lupa buka sebentar tutup botol untuk membuang gas. Jika tak ber gas lagi, pupuk sudah bisa dipakai. Campurkan pupuk dengan air. Perbandingan 1:10.

“Sedangkan untuk pestisida alami (pembasmi hama) bisa menggunakan daun pepaya, bawang merah, tembakau, buah mengkudu. Pilih salah satu bahan. Blender, simpan semalaman. Saring, masukkan dalam semprotan. Kasi sesendok sabun cuci piring cair. Kocok, semprotkan ke daun. Yang perlu diingat, untuk penyenprotan pestisida, lakukan subuh atau setelah matahari tenggelam. Karena cairan pestisida harus kering sebelum terkena matahari. Jika tidak, daun akan terbakar atau layu,” terang Didang.

Untuk produk Vertikultur tower dengan bahan paralon diameter 4 inchi, Didang membuat variasi harga sesuai ukuran. Antara lain, VT 120 Cm (24 lubang) Rp 110.000, VT 100 Cm (20 lubang) Rp 90.000, VT 75 cm (14 lubang) Rp 75.000, dan VT 50 cm (10 lubang) Rp 50.000.

“Itu harga standar. Biasanya ada promo setiap Minggu. Seperti diskon 10 ribu, free bibit, free ongkir, dan promo-promo lainnya,” imbuhnya.

Untuk daerah Pekanbaru, tersedia paket tinggal tanam juga. Jadi paket VT standar plus tanah (campuran tanah+sekam+kotoran hewan), pot alas dan bibit. Paket lengkap atau paket VT tambah 30 ribu.

Selain juga tersedia benih sayuran. Khususnya yang sesuai untuk di tanam di vertikultur tower. Seperti sawi, bayam, kangkung, pakcoy, selada, seledri. Untuk penyemaian, juga ada pot tray. Tersedia juga paket penyemaian 50 K yang isinya 15 jenis bibit sayuran, 1 pot tray 72 lubang dan 15 polibag.

 

Monstera Diminati

Lain Didang lain lagi Tika, yang merupakan penggiat tanaman, khususnya monstera. Menurut Tika, tanaman jenis monstera ini memiliki peminat yang sangat banyak. Terlebih saat pandemi berlangsung. "Apalagi sejak pandemi Covid di awal Maret, orang-orang bingung di rumah mau ngapain, jadi mereka semakin memperbanyak tanaman, beli indukan, stek, cangkok dan lain-lain," ujarnya.

Ia mengungkapkan, awalnya ia hanya hobi bercocok tanam jauh sebelum pandemi berlangsung.

Saat Corona merebak, ia melihat peluang baru dari banyaknya masyarakat yang menggilai tanaman tersebut. Ia menjadikan hobi tersebut menjadi pekerjaan sampingan.

"Lumayan juga omzetnya, satu bulan bisa sampai Rp10 juta. Jadi yang tadinya hanya untuk hobi, malah bisa jadi sampingan. Masyarakat memang demam tanaman ini," tukasnya.

Ditanya soal harga, Tika memaparkan itu bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp5 juta. Hal ini tergantung dari tinggi tanaman, bentuk daun, dan lainnya. "Rata-rata per dua daun itu Rp200 ribuan, harga tergantung bentuk daun, lebar daun, dan belahan daunnya, apa sudah sempurna atau belum," ungkapnya.

Jenis-jenis tanaman yang ditanam Tika diantaranya, philodendron monstera king deliciosa, borsigiana dan jenis varigata. Selain itu juga ada philodendron erubesecens, philodendron pink congo, red emerald, pink princess, burlemarx dan lainnya. "Selain jenis philodendron, tanaman hias lain yang juga banyak disukai saat ini adalah jenis syngonium, caladium, alocasia, dan huperzia," jelasnya.

Dikatakan Tika, penanaman tanaman jenis ini juga sangat mudah, di mana tidak memerlukan perlakuan khusus agar dapat tumbuh dengan baik. Air yang cukup, sinar matahari yang pas sudah bisa membuat tanaman yang biasa hidup di hutan ini tumbuh dengan baik. (*)