Investigasi baru PETA memperlihatkan Rumah Jagal dengan Standar Tertinggi Mengoyak Sapi Hidup-hidup

Jumat, 12 April 2024

INDRAGIRIONE.COM, JAKARTA – Sebuah investigasi baru PETA mengungkap bahwa pekerja masih saja mengoyak sapi hidup-hidup, bahkan di rumah jagal bersertifikasi halal—termasuk yang berizin operasi dari satu-satunya negara yang mengharuskan importir menerapkan regulasi kesejahteraan hewan internasional spesifik. Rekaman dari rumah jagal di Tangerang ini keluar setelah investigasi PETA di 2021 mendokumentasikan sapi mengerang dalam penderitaan seraya tubuh mereka dikoyak, di rumah-rumah jagal di berbagai daerah—beberapa mengaku terstandardisasi oleh pemerintah Australia.

 

Rekaman baru yang diambil di fasilitas bersertifikasi halal ini menunjukkan dua sapi yang meronta seraya leher mereka diiris. Keduanya masih menendang-nendang sementara yang satu terdengar tersedak, seraya tubuh mereka ditarik menggantung dengan rantai, disiram, dan diseret. Satu sapi masih terus melawan hingga pekerja menghujamkan irisan di tenggorokannya lebih dalam lagi. Suporter PETA yang mengambil rekaman ini kemudian ditangkap oleh pekerja rumah jagal dan dibawa paksa ke kantor polisi, di mana memory card-nya ditahan. Memory card tersebut kemudian dikembalikan setelah mendapatkan bantuan hukum, tetapi rekaman yang relevan telah dihapus. PETA kemudian berhasil mengembalikan sebagian dari rekaman tersebut.

Investigasi PETA mengungkap bahwa sebagian sapi yang dibawa ke rumah jagal hanya dikekang sebelum diiris tenggorokannya. Sumber: PETA

 

“Investigasi berulang ini telah mengungkap kekejaman mengerikan yang terjadi—bahkan di rumah jagal yang mengaku menerapkan standar tertinggi, memperlihatkan sapi-sapi mengerang dalam teror dan penderitaan seraya leher mereka diiris dengan brutal,” ujar Jason Baker, Senior Vice President PETA. “PETA mengajak publik untuk berhenti membiarkan kekejaman berlindung di balik sertifikasi tanpa arti, dan bergerak mandiri mengakhirinya dengan menjadi vegan.”

 

Di investigasi PETA sebelumnya, penyidik mengunjungi tujuh rumah jagal bersertifikasi halal yang dipilih acak dan menemukan sapi-sapi dikekang dalam kotak perebah (restraining box) dan berulang kali ditembak dengan alat pemingsan (captive-bolt gun) sebelum akhirnya diiris tenggorokannya. Namun pekerja sering gagal memingsankan sapi dengan efektif. Di beberapa tempat, sapi bahkan tidak dipingsankan sama sekali. Mereka hanya ditempatkan begitu saja dalam kotak perebah yang disetujui pemerintah Australia, lalu diiris tenggorokannya. Satu individu sapi dengan kepala menggantung menendang-nendang panik dalam teror dan penderitaan seraya pekerja membacok sisa daging yang melekat, memutus kepalanya. Sapi-sapi hidup dibiarkan merana dalam kubangan darahnya sendiri hingga 12 menit lamanya.