Makna Panggilan 'Daeng' bagi Suku Bugis

Jumat, 27 Agustus 2021

Indragirione.com,- Dalam suku Bugis jaman dulu dikenal 3 strata sosial atau kasta. Kasta tertinggi adalah Ana’ Arung (bangsawan). Kasta berikutnya adalah To Maradeka atau orang merdeka (orang kebanyakan). Kasta terendah adalah kasta Ata atau budak.

Gelar Daeng pada awalnya dipakai oleh kasta Ana’ Arung. Tapi pada akhirnya gelar Daeng juga dipakai oleh kasta To Maradeka untuk membedakan kasta mereka dengan kasta Ata yang tidak memakai gelar. 

Gelar Daeng juga dipakai khususnya oleh para pelaut Bugis, kaum passompe dan pedagang Bugis yang merantau ke Kalimantan, Sumatera dan wilayah-wilayah lainnya di Nusantara agar mereka lebih mudah dikenali sebagai suku Bugis.

Nama yang diawali dengan Daeng yang arti harfiahnya orang yang dituakan dalam bahasa Bugis, selain dapat merupakan do’a, juga merupakan kata pelembut untuk memanggil yang bersangkutan sehingga dahulunya banyak digunakan.
 
Seiring dengan berlalunya waktu, kasta Ata berangsur-angsur mulai hilang sejak masuknya Islam  dan masuknya pemerintahan kolonial Belanda. 

Pada saat Indonesia merdeka tahun 1945, kasta Ata sudah tidak terdengar lagi dan perbedaan antara kasta Ana’ Arung dan To Maradeka pun berangsur-angsur berkurang dan mulai tidak diterapkan lagi dalam kehidupan bermasyarakat. 

Gelar Daeng yang dahulunya digunakan sebagai pembeda dengan kasta Ata, berangsur-angsur mulai ditinggalkan dalam masyarakat Bugis khususnya yang ada di Sulawesi Selatan. 

Namun tidak seperti dalam masyarakat Bugis, penggunaan Daeng dalam masyarakat suku Makassar masih masif dan berkembang. Masih banyak masyarakat suku Makassar yang menggunakan gelar Daeng dalam namanya. 

Hal ini menimbulkan salah kaprah sehingga bagi orang yang tidak tahu, menganggap Daeng itu hanya gelar untuk suku Makassar. Apalagi dengan adanya gelar kota Daeng hanya untuk kota Makassar yang makin menambah kesalahpahaman ini. 

Padahal penggunaan Daeng juga digunakan oleh suku Bugis dan juga suku Mandar di Sulawesi Barat. Pemimpin kerajaan Bone ke-4 yaitu Ratu We Benrigau Daeng Marowa (1470-1509) juga menggunakan gelar Daeng pada namanya.  Juga raja Bone ke-9 La Pattawe Daeng Soreang (1565-1602) menggunakan gelar Daeng pada namanya.