Mewujudkan Pekanbaru Smart Mobility Lewat TMP dan Feeder

Jumat, 17 September 2021

Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT didampingi Kadishub saat meresmikan koridor baru Transmetro Pekanbaru di depan Kantor MPP beberapa waktu lalu.

PEKANBARU – Menghadirkan moda transportasi yang efektif dan efisien menjadi salah satu sasaran Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mewujudkan Visi Smart City Pekanbaru 2017-2022. Keberadaan bus Trans Metro Pekanbaru (TMP) atau biasa disebut transmetro atau busway, menjadi langkah tepat bagi Pemko Pekanbaru dalam meningkatkan pelayanan transportasi bagi warganya. Setidaknya ini menjadi upaya nyata mewujudkan smart mobility, sebagai salah satu pilar pembangunan menuju Pekanbaru Smart City Madani yang dicanangkan Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT.

Dalam pemaparannya beberapa waktu lalu, Walikota Pekanbaru Firdaus menyebutkan bahwa sebuah kota dapat dikatakan Smart City jika di dalamnya lengkap dengan infrastruktur dasar, juga memiliki sistem transportasi yang lebih efisien dan terintegrasi. Sehingga dapat meningkatkan mobilitas masyarakat.

Oleh karena itu, TMP sebagai sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) cepat yang dioperasikan oleh Pemko Pekanbaru hadir ke tengah-tengah masyarakat. TMP diharapkan menjadi solusi dari masalah transportasi yang mulai melanda Kota Pekanbaru, seiring dengan tumbuh dan berkembangnya kota ini menjadi kota metropolitan.

Tingginya jumlah penduduk serta tak sebandingnya jumlah kendaraan pribadi dengan jumlah ruas jalan, membuat pengoperasian Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dikelola dengan baik menjadi sebuah keniscayaan.

Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menyatakan, pengoperasian bus TMP oleh Pemko Pekanbaru bukan untuk mencari keuntungan atau bisnis. Akan tetapi bertujuan memberikan pelayanan transportasi yang layak bagi warga di Kota Bertuah. “Jadi pengoperasian bus TMP ini bukan untuk bisnis, tapi merupakan pelayanan,” ujar Wako beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, pengoperasian bus TMP sendiri berawal saat ditetapkannya Pekanbaru sebagai Kota Percontohan Transportasi oleh Departemen Perhubungan melalui SK 111 tahun 2007, sehingga Pekanbaru masuk salah satu dari enam kota yang ditunjuk sebagai Kota Percontohan di Indonesia di bidang penyelenggaraan angkutan perkotaan.

Setelah ditetapkan sebagai Kota Percontohan Transportasi, kemudian dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama perencanaan pengoperasian SAUM berbasis jalan di dalam kota antara Walikota Pekanbaru yang saat itu dijabat Herman Abdullah dengan Dirjen Perhubungan Darat. MoU tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyusunan Detail Engineering Design (DED) penyelenggaraan angkutan umum massal berbasis jalan yang merupakan desain teknis pengeporasian sistem angkutan umum massal di Kota Pekanbaru.

Berdasarkan DED yang disusun, pada 2008 dan 2009 mulai dilakukan pembangunan infrastruktur halte yang terdiri dari bantuan Pemerintah Pusat sebanyak 19 unit dan bantuan dari pihak ketiga sebanyak 47 unit, termasuk yang bersifat permanen dan portabel. Dan pada tanggal 21 Juni 2009, dilakukan peluncuran pengoperasian SAUM di Kota Pekanbaru dengan biaya operasional ditanggung Pemko Pekanbaru melalui APBD.

Pada mulanya, baru terdapat sebanyak 20 unit bus besar TMP hibah dari Kementerian Perhubungan, yang mulai beroperasi melayani dua koridor, yaitu Perumahan Pandau-Pelita Pantai, serta Terminal BRPS-Kulim. Namun seiring berjalannya waktu, di tahun 2014 di bawah kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota Dr H Firdaus ST MT-H Ayat Cahyadi SSi, pengembangan pengoperasian bus TMP dilakukan, dengan menambah 7 koridor baru dengan jumlah armada sebanyak 75 unit bus besar.

Mengingat bus TMP bersifat pelayanan, maka Pemko Pekanbaru pun menanggung biaya operasional dalam bentuk subsidi. Dikatakan Wako Pekanbaru Firdaus, di tiap daerah bahkan negara yang mengoperasikan transportasi massal tidak ada satupun yang tidak memberikan subsidi untuk biaya operasional.

“Bahkan di Jakarta yang penumpangnya sudah melimpah-limpah, itu masih tetap disubsidi. Karena yang namanya angkutan massal, itu adalah pelayanan, servis. Servis dari pemerintah kepada masyarakat dengan cara mensubsidi tiket,” tuturnya.

Besaran subsidi sendiri disesuaikan dengan besaran biaya operasional mulai dari biaya bahan bakar, servis kendaraan hingga gaji karyawan dan dikurangi dengan pendapatan. “Kalau biaya operasional 10, sementara pendapatan 6. Berarti 4 kita subsidi. Seperti itulah gambaran total subsidi yang kita berikan untuk pengoperasian bus TMP,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Yuliarso menyebutkan saat ini bus TMP yang kini pengelolaannya diserahkan kepada PT Transportasi Pekanbaru Madani (TPM) yang merupakan anak dari perusahaan daerah PT Sarana Pembangunan Pekanbaru (SPP), sudah mampu melayani transportasi di seluruh wilayah kota hingga perbatasan Kabupaten Kampar. Ada 15 koridor atau rute yang dilalui Bus TMP.

Ke-15 koridor itu diantaranya, Pandau-Ramayana, Awal Bros Sudirman-Bandara SSK II, Terminal BRPS-Kulim, Sudirman-UIN, Pasar Tangor-Ramayana, Ramayana-Terminal BRPS, MPP-Komplek Perkantoran Terpadu Walikota di Tenayan Raya, dan Pelabuhan Sei Duku-Sudirman.

Lalu, Pandau-Terminal BRPS, Kartama-Tribakti, Pujasera Arifin Ahmad-Puskesmas Simpang Tiga via Jalan Kartama, Kantor Walikota-Unilak, Unilak-Palas Raya, Terminal BRPS-UIN, dan terakhir Ramayana-Stadion Rumbai.

Angkutan Feeder Dukung TMP

Untuk mewujudkan moda transportasi terintegrasi menuju smart mobility, keberadaan TMP perlu didukung dengan pengoperasian angkutan feeder atau angkutan pengumpan. Angkutan feeder ini  akan melayani trayek cabang dan ranting dari bus TMP. Keberadaan feeder ini bertujuan juga untuk meningkatkan pelayanan transportasi serta untuk meningkatkan jumlah pengguna/okupansi pengguna angkutan umum massal.

Menurut Kadis Perhubungan Yuliarso pengoperasian feeder bertujuan memotivasi warga menggunakan bus TMP untuk bepergian di wilayah dalam kota. Hal itu tentu akan membantu mengurai kepadatan lalu lintas serta mengurangi subsidi ke TMP. “Semakin banyak warga yang menggunakan TMP, maka subsidi akan semakin sedikit. Untuk itu kita berupaya meningkatkan pelayanan ke arah yang lebih baik,” ucapnya.

Pengoperasionalan angkutan feeder ini sedianya telah mulai diwacanakan sejak beberapa tahun lalu. Namun dengan sejumlah kendala yang masih melanda, kehadiran feeder masih tertunda. “Direncanakan, pada tahun 2022 nanti ini (angkutan feeder-red) baru akan terlaksana,” ujar Kadishub lagi.

Dikatakannya, pada tahun 2022 mendatang akan direncanakan 6 rute feeder akan dioperasikan yaitu feeder 2, 3, 7, 8, 9 dan 11. Rutenya antara lain, Jalan HR Soebrantas-Cipta Karya-Rumah Potong Hewan-Purwodadi, Jalan HR Soebrantas-Swakarya-Saiyo-Suka Karya, Jl Imam Munandar-Bukit Barisan-Kapau Sari-Pinang Merah-Datuk Setia Maharaja-Sudirman, Jl Hangtuah-BPG-Sail-Simpang Kuburan-Karya Bakti-Karya Bersama-Rusunawa-Sumber Sari-Tanjung Datuk, Jl Bukit Barisan-Singgalang-Simpang Sepakat-Polsek Tenayan-Hangtuah Ujung-Budi Luhur-Kantor Camat Tenayan Raya, dan Jalan Sembilang-Pramuka-Danau Khayangan-Taman Bunga-WDO-Lurah Okura.  

Untuk tiketnya, lanjut Yuliarso, akan diberlakukan satu tiket dengan bus TMP. Dengan demikian, pengguna jasa feeder cukup membayar satu tiket karena tiketnya direncanakan menyatu dengan bus TMP. “Jadi dari feeder ke TMP, itu cukup satu tiket,” ungkapnya.

Kehadiran transportasi feeder yang akan menjemput masyarakat dari kawasan padat penduduk hingga mengantarkannya ke halte bus TMP diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan sarana angkutan massal.

Dengan dioperasikannya angkutan feeder, harapan kita masyarakat bisa meningkatkan minat menggunakan bus TMP. Tak hanya meningkatkan, layanan ini juga akan memberi kemudahan bagi masyarakat,” kata Walikota Pekanbaru, Dr H Firdaus ST MT.

“Selain itu kemudahan yang akan kami berikan yakni masyarakat hanya menggunakan satu tiket dari rumah ke halte menuju tempat tujuan,” imbuhnya. (adv)