Pancasila, Perempuan, dan Tugas Yang Diembannya

Senin, 01 Juni 2020

Oleh: Selviani (Dosen STAI Auliaurrasyidin Tembilahan sekaligus Penggiat Literasi dan Seni Inhil)

Indragirione.com,- Perempuan Indonesia adalah perempuan yang merdeka. Dalam bersuara dan menyampaikan pendapat, dalam memilih pekerjaan dan mengambil keputusan. Begitu juga memilih keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta berperan aktif, mandiri, tegas, jujur, dan bijaksana menyelesaikan masalah.

Pancasila sebagai ideologi suatu bangsa merupakan pedoman untuk warganegaranya, terutama kaum perempuan. Lalu apa relevansinya pancasila, perempuan, dan tugas yang diembannya? Pada esai ini penulis akan menjabarkan berdasarkan kacamata seorang perempuan.

Dalam menginternalisasikan pancasila, kaum perempuan memiliki peran yang sangat penting, karena dari tangan perempuanlah kelak akan muncul mujahid-mujahidah pancasila. Untuk itu perlulah upaya-upaya yang harus dilakukan kaum perempuan di antaranya berperan menjadikan pancasila sebagai dasar pendidikan.

Pada ruang lingkup keluarga perempuan mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anggota keluarganya mengenai nilai-nilai pancasila. Baik ibu terhadap anak-anaknya atau seorang kakak terhadap adik-adiknya. Diharapkan dengan adanya pendidikan dasar tersebut dapat membentuk generasi yang memiliki akhlakul karimah yang berlandaskan nilai-nilai religius. Itu bisa dilihat dari sejauh mana peran perempuan menjadi agent of protection dalam mengawasi sikap dan pola pikir yang mencerminkan nilai-nilai pancasila.

Selain menjadi seorang Ibu nantinya, perempuan juga bebas untuk memilih pekerjaan. Saat ini saya adalah seorang pendidik yang memiliki kewajiban untuk memberikan penanaman nilai-nilai pancasila kepada siswa. Di mana peran guru juga tidak kalah penting dalam membentuk martabat dan membangun peradaban bangsa. Oleh karena itu, perempuan dituntut untuk cerdas dan kreatif dalam mengajarkan dan memberi pemahaman  nilai-nilai kebangsaan kepada siswanya.

Walaupun Saya yang berlatar guru ekonomi, menurut saya penanaman nilai-nilai pancasila tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Civic Education saja, melainkan tugas seluruh guru yang harus bisa menyisipkan nilai-nilai pancasila dalam proses pembelajaran. Semua itu yang sedang saya lakukan di kelas. Berharap agar setiap peserta didik menjadi warga Negara yang cerdas dan baik. Cerdas secara spiritual, sosialis, dan intelektual. Sedangkan baik dalam sikap, jujur, mandiri, bertanggung jawab, toleran, dan demokratis.

Saya menyadari guru sebagai abdi negara memiliki peran sebagai pelestari ideologi bangsa yaitu pancasila. Melihat fenomena generasi milenial sekarang, akibat perkembangan tekhnologi seakan pancasila maknanya menjadi krisis. Tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Sering menciptakan jarak sehingga tidak komunikatif yang membuat rusaknya hubungan interpersonal. Disini lah peran guru sebagai pelestari pancasila.

Guru sebagai pelestari pancasila dapat dilakukan melalui sikap, perkataan, dan perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai pancasila. Perihal sikap terpuji tersebut dilakukan mulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, kelas, sekolah, kampus, dan masyarakat. Maka dari itu, guru memiliki peran yang strategis untuk mensosialisasikan pancasila sebagai salah satu pilar. Lalu peran guru seperti dalam mensosialisasikan pancasila?.

Melalui Hidden Curiculum, berikut yang bisa diterapkan Guru dalam menanamkan nilai-nilai pancasila kepada siswanya:
Sila ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa
Guru itu digugu dan ditiru. Guru harus bisa memberi contoh yang baik kepada siswanya. Sesuai dengan sila pertama ini, berkaitan dengan aspek religius. Di mana guru harus bisa memberikan contoh sebagai sosok yang religius yang menjadi contoh dan bisa mengajak siswanya untuk taat beribadah kepada Tuhan, guru dapat mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam bentuk mengajak siswa berdoa sebelum dan sesudah proses belajar mengajar.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Hakikat dari pendidikan adalah memanusiakan manusia. Oleh karena itu, guru harus bisa memperlakukan setiap siswa secara manusiawi. Tidak membedakan siswa yang satu dan yang lainnya. Mengajarkan siswa hidup dengan memiliki adab yang tinggi dan peduli dengan orang lain.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia
Nilai gotong royong semakin terkikis semakin majunya perkembangan zaman. Munculnya sifat-sifat individualism karena maraknya gadget. Ini adalah PR guru sekarang untuk memunculkan lagi semangat gotong royong. Seperti ketika ada siswa yang mengalami musibah, guru bisa mengajak siswa untuk saling menolong, baik dalam bentuk moril maupun materil. Kemudian hal kecil seperti piket di kelas juga merupakan bentuk kerjasama dan semangat gotong royong yang harus selalu menjadi budaya sekolah.

Sila ke-4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawarahan Perwakilan.

Mengajarkan siswa untuk belajar berpendapat, menghargai pendapat orang lain, tidak memotong pembicaraan orang lain. Dan setiap mengambil keputusan selalu mengedepankan sikap demokratis melalui kesepakatan terbanyak (voting).

Sila ke-5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini bisa diimplementasikan dengan sikap non diskriminatif terhadap siswa. Guru sebaiknya selalu memberikan reward dan punishment kepada siswa sesuai apa yang telah dilakukan.

Memperjuangkan sila-sila dan butir-butir pancasila memang tidak mudah, butuh waktu dan saling mengingatkan satu sama lain. Namun, kita sepakat pancasila adalah bentuk terbaik dasar bernegara. Agar pancasila bisa kembali menggelora lagi maka kita sebagai warga Negara Indonesia dan kaum perempuan yang peduli terhadap pancasila, mari kembalikan semangat pancasila lagi! Baik di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.