Rumayah, Warga Inhil Ini Sakit Tumor Jinak dan Serba Kekurangan, Butuh Uluran Tangan

Rabu, 02 Maret 2022

Kondisi dan keadaan rumah Rumayah

INHIL,- Nenek Rumayah biasa orang memanggilnya, padahal usianya baru 45 tahun. Rumayah beralamat di Parit Suak Besar Desa Sungai Teritip, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Selama 21 tahun terakhir ini Ia hidup bersama saudaranya dan puluhan kucing, jauh di pelosok desa. 

Rumayah mengidap penyakit tumor jinak. Ia mengaku warga takut berdekatan dengannya.

"Ya, sekarang saya lebih baik seperti ini. Keluar pun orang-orang jauhi saya, seakan-akan saya ini monster, bukan manusia. Ada juga yang melarang saya untuk dekat-dekat karena takut tertular,” ucap Rumayah.

Rumayah tinggal di rumah gubuk kayu. Gubuknya hanya terbuat dari susunan papan dan belum dialiri listrik. Di sekeliling gubuk beliau hanya ada pepohonan. Harus berjalan beberapa ratus meter untuk bisa menemukan rumah ini dari permukiman warga.

Sementara saudara (kakak,red) Rumayah bukan orang berada, penghasilan sehari-harinya tak menentu. Beliau juga hanya bekerja jika tenaganya dibutuhkan, entah itu bertani, atau jadi kuli angkut hasil panen. Semuanya Ia lakukan selagi pekerjaannya masih halal demi mencukupi makan sehari hari.

"Setiap kami makan pasti selalu saya sisakan buat kucing. Puluhan tahun tinggal di gubuk ini cuma kucing yang jadi teman kami. Tadinya saya cuma kasih makan beberapa kucing aja, tapi lama-lama makin banyak kucing yang datang ke rumah. Setiap saya kasih makan pasti langsung berebut. Kasihan mereka juga kelaparan," tuturnya.

Karena kemurahan hati inilah, gubuk Nenek Rumayah selalu ramai dengan kucing liar. Di setiap sudut gubuk nenek pasti ada kucing. 

"Tapi kami sama sekali tidak keberatan berbagi tempat dengan kucing-kucing ini, saya malah bersyukur karena gubuk kami tidak sepi seperti dulu," akuinya.

Mirisnya, karena saudara Rumayah juga kerap kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka pun beberapa kali tidak makan sekitar 2 hingga 3 hari, hanya bisa mengganjal rasa laparnya dengan minum air.

"Saya sendiri tidak bekerja, bukannya karena tidak mau, tapi selalu ditolak setiap kali mencari pekerjaan. Untuk kebutuhan makan terpaksa bergantung pada kakak kami," kata Rumayah.

Seumur hidupnya, Rumayah tidak pernah menikah. Karena itu, ia kini bertahan hidup di gubuk tua lagi reyot itu dan lampu minyak jadi penerangnya. Rumayah memang sosok yang kuat, tapi bagaimanapun hatinya bisa terluka jika terus menerus diperlakukan seperti itu. Ia mengaku sering merasa sedih.

"Sering saya menangis disini kalau malam," paparnya.

Untuk itu, organisasi Indragiri Cinta Berbagi (ICB) dengan semboyan 'kepedulian anda bahagiakan mereka' mengunjungi rumah Nenek Rumayah. Mereka menyaksikan langsung keadaan rumah yang ditempati kedua Kakak beradik itu dan kondisi penyakit yang diderita Rumayah.

"Sungguh kasihan melihat keadaan dan kondisi ibu Rumayah, hanya sedikit bantuan yang dapat kami berikan kepadanya, semoga bantuan ini bisa bermanfaat. Selain itu kami juga menguruskan pembuatan BPJS Kesehatan untuk beliau berobat nanti," kata Devi salah satu anggota ICB, saat dikonfirmasi, Rabu (2/3/2022).

Setelah mengunjungi Rumayah, ICB bersepakat membuka (open) donasi sebagai perantara masyarakat Inhil khususnya untuk membantu meringankan beban dari Rumayah dan keluarganya.

"Sahabat, dari Nenek Rumayah kita belajar untuk tetap berbuat baik ke semua makhluk hidup. Ia tetap memberi makan kucing-kucing yang kelaparan, padahal dia sendiri kesulitan memenuhi kebutuhan makannya sendiri. Untuk itu kami ICB membuka open donasi bisa melalui BSI di nomor rekening: 7177531841 An. Devi safitri ramadhani dan akan kami update melalui laman Facebook kami. Atau bisa menyalurkannya langsung ke alamat beliau," imbuhnya.