Suyatna, S.Pd : Menulis untuk Berbagi

Selasa, 09 Juli 2019

Suyatna, S.Pd 
Indragirione.com - Untuk mengawali tulisan ini, kembali saya mengangkat sebuah ucapan seorang sastrawan terkemuka Indonesia yang telah menjadi inspirasi bagi saya untuk menulis baik itu berupa gagasan, pikiran maupun pengetahuan.

 “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian-Pramoedya Ananta Toer”.

 Kata-kata itu memberikan penegasan kepada saya bahwa yang "abadi" itu adalah sebuah karya yang diwujudkan dalam bentuk tulisan, bukan kepopuleran, kemasyuran, kekayaan, kepintaran dan sebagainya.


Orang yang tidak berkarya lewat tulisan, gagasannya tidak akan terdengar dan diketahui orang. Sepandai apa pun seseorang, jika ia tidak menuliskan gagasan dan pikirannya maka ia tidak akan mempengaruhi orang lain atau masyarakat.

 Sehingga kepandaiannya tidak banyak pengaruhnya buat masyarakat juga tidak ada yang dikenang.
Menulis sesungguhnya adalah sebuah proses untuk belajar. Sebab, dengan menulis kita harus banyak membaca, mencari referensi, melakukan pengamatan, hingga riset.

Menulis sekaligus menggerakkan kita untuk membaca, tidak hanya membaca yang tersurat juga membaca yang tersirat. Juga melatih kita berpikir secara sistematis dan logis.


Menulis mampu menggerakkan pikiran saya untuk menjelajah berbagai pengetahuan. Sehingga dengan menulis membuka cakrawala, menyibak yang samar, membuka yang tertutup dan mengungkap yang tersembunyi. Menulis telah menjadi penggerak untuk melakukan perubahan besar bagi diri saya pribadi. Sehingga sangatlah tepat suatu ungkapan yang mengatakan bahwa, ujung pena lebih tajam dari mata pedang. Ini artinya dengan menulis saya telah mampu
Tantangan bagi saya bukan seberapa bagus saya mengukir kata menjadi sebuah tulisan, tapi seberapa kuat tulisan  saya memiliki kemampuan daya gugah untuk terjadinya suatu perubahan. Tidak perlu berpikir suatu perubahan yang besar, setidaknya perubahan-perubahan kecil baik untuk saya maupun untuk para pembaca. Dalam istilah lain, sebuah tulisan tidak hanya menyajikan gagasan, pengetahuan, dan informasi tapi juga mesti memberikan suatu inspirasi.



Saya tidak harus menulis tentang gagasan-gagasan besar. Karena banyak hal ringan dan sederhana di sekitar saya yang bisa mendorong dan menggugah orang lain untuk maju. Saya bisa menulis tentang hal-hal yang melintas begitu saja secara alami di sekitar saya. Tentang hobi saya merawat tanaman, tentang pekerjaan saya sebagai seorang guru, tentang anak tidak mampu yang tidak bisa ikut ujian karena belum bayar uang sekolah, tentang seorang kakek tua yang tidak pernah berhenti bekerja, tentang jalan rusak yang ada di desa saya, tentang harga kelapa dan lain-lain.


Terkadang saya sering tersadar, tatkala menulis sebuah gagasan yang sangat besar, tapi hanya berada di awang-awang. Artinya kurang membumi karena kerap kali saya menggunakan narasi dan bahasa yang sangat sulit. Sehingga pembaca bukan hanya merasa tulisan saya terlalu berat, tapi juga tidak mudah memahaminya. Sehingga untuk membacanya saja perlu mengernyitkan dahi untuk memahaminya.


Baru belakangan ini, saya menyadari bahwa dulu saya suka menulis hal-hal yang "besar" dengan bahasa yang sulit. Seolah-olah makin sulit sebuah tulisan makin bagus. Padahal harusnya tidak demikian. Mestinya yang harus saya perhatikan dalam menulis adalah sejauh mana saya bisa mengkomunikasikan dengan baik dan mudah gagasan dan pikiran kepada pembaca.
Sehebat apa pun tulisan saya jika tidak bisa berkomunikasi dengan pembaca, maka akan menjadi percuma.

Tulisan hanya akan menjadi sia-sia dan tidak akan bermanfaat. Tulisan yang baik membuat mudah pembaca untuk memahami apa yang disampaikan. Ketika mulai masuk dunia tulis menulis, saya mulai belajar  bagaimana mengkomunikasikan isi tulisan kepada pembaca dari berbagai latar belakang agar mudah memahaminya.



Sebenarnya persoalan yang ditulis boleh berat, namun haruslah menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca. Gunakanlah kata-kata sederhana. Untuk istilah-istilah tak umum sebaiknya diberi penjelasan. Selanjutnya, gunakan kalimat-kalimat pendek. Jangan sampai satu kalimat panjangnya seperti satu alinea. Itu bukan hanya melelahkan, tapi juga bisa membuat susah memahaminya.



Saya telah rutin menulis artikel selama 1 tahun terakhir di media masa. Walaupun media masa itu masih lokal yaitu Posmetro Indragiri. Artikel pertama saya terbit pada tanggal 16 Maret 2018 dengan judul “Pembinaan Karakter Melalui Pendidikan Gerakan Pramuka”. Artikel ini berisi  opini yang saya tulis tentang pentingnya Pendidikan Gerakan Pramuka untuk menumbuhkan dan membina karakter siswa. Ya, tentunya karakter yang positif. Dalam artikel tersebut saya menyampaikan beberapa kegiatan dalam Pramuka yang dapat dilaksanakan oleh guru selaku pembina dengan sasaran pengembangannya adalah gotong royong, jujur, disiplin, patuh, kerja sama, dan lain-lain. Saya sebagai seorang guru sekaligus pembina Pramuka telah merasakan dampak dan pengaruh yang sangat besar sekali untuk pembentukan karakter. Maka dari itulah, apa yang pernah saya rasakan ingin agar orang lain pun mengetahuinya.


Setelah menulis untuk mengekspresikan diri atas segala pemikiran yang ada, kini akhirnya saya berpikir untuk berbagi ilmu. Ya, tentunya berbagi ilmu melalui tulisan. Seperti  yang sudah pernah  saya sampaikan, tujuan menulis akan terus berevolusi seiring dengan ketrampilan yang semakin berkembang. Lalu, apakah ini sebuah panggilan? Apakah sudah tiba waktunya untuk saya mulai memikirkan pembaca? Dan apakah saya siap memulai sebuah petualangan baru? Jika saya benar-benar mampu melakukannya, maka sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.



Tidak hanya bahagia karena puas menuangkan segala bentuk pemikiran yang bisa  saya nikmati kapan pun saya menginginkannya, tetapi bisa membantu orang lain memahami ilmu pengetahuan baru sehingga mereka memiliki pandangan yang lebih bagus. Tentu bukan pekerjaan mudah, namun  saya rasa memang ini sudah waktunya. Tujuan yang lebih besar menuntut sebuah pengorbanan yang lebih besar pula. Saya menyadarinya, dengan semua pengalaman menulis saya siap untuk menuju ke level tersebut. Yaitu, berbagi lewat tulisan.