Pilihan
Pj Bupati Inhil Rombak Birokrasi Saat Pemilu 2024, Terkait Politik?
Orang Utan Betina Dievakuasi dari Kebun Warga di Kemuning
Dihentam Gelombang Usai Cari Nipah, Dua Warga Teluk Pinang Hilang
Mariana Yunita Hendriyani Opat, Pengedukasi Hak Kesehatan Anak
Indragirione.com, - Suara tawa anak-anak dan remaja terdengar renyah saat menikmati dongeng
yang disampaikan oleh kelompok pemuda asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada
sore hari waktu Indonesia bagian tengah. “Dengan cara seperti ini kami merangkul anak
remaja untuk memahami tubuhnya sendiri,” ujar Mariana Yunita Hendriyani Opat,
Pengedukasi Hak Kesehatan Seksual Anak, yang sekaligus juga pendiri Tenggara Youth
Community.
Mariana atau yang akrab disapa dengan Tata bersama dengan rekannya mendirikan
Tenggara Youth Community dan mencetuskan program Bacarita Kespro yang ditemukan
dengan komunitas antar desa untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual dan
reproduksi untuk anak remaja.
Edukasi disampaikan dengan metode pembelajaran inovatif
seperti mendongeng, permainan edukasi, dan penggunaan alat peraga.
Bacarita Kespro berasal dari kata bacarita dalam bahasa Melayu Kupang berarti ‘bercerita’.
Target program ini adalah remaja yang berasal dari kelompok poor, marginal, social
excluded, dan underserved.
“Saya menemukan fakta sebagian besar dari 500 remaja di NTT tidak memiliki akses
terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan
persoalan pendidikan seksual. Angka ini selaras dengan beragam persoalan lainnya seperti
kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan luar nikah di kalangan
remaja NTT,” tutur sosok kelahiran Kiupukan pada 3 Juli 1992 ini.
Melihat banyaknya anak dikeluarkan dari sekolah saat menghadapi kasus kehamilan di luar pernikahan, serta minimnya pemahaman orang tua mengenai hak dan kebutuhan remaja,
Tata menggerakkan programnya untuk memberikan komunikasi dua arah, dimana peran
orang tua dan anak diikutsertakan.
Pendidikan Kesehatan
Hambatan utama dalam program ini adalah tembok tabu dalam konteks pendidikan seksual.
Tidak semua orang menyadari pentingnya pendidikan seksual usia dini. Bahkan, untuk
bercerita kepada lingkungan terdekat seperti keluarga dan saudara, tidak semua remaja
bisa melakukannya. Dan tidak mudah pula meyakinkan komunitas, termasuk lingkungan
gereja mengenai pendidikan seksual
“Waktu saya menduduki bangku sekolah dasar, saya mengalami kekerasan serupa, namun
hal tersebut seakan lumrah. Hingga pada saat perguruan tinggi, saya merasa harus
bergegas untuk mencarikan solusinya, yakni dengan edukasi kesehatan yang membuat
para anak remaja berani untuk bercerita kepada orang tua, dan orang tua dapat wawasan
untuk menjelaskan,” ujar sosok perempuan lulusan Universitas Nusa Cendana.
Tulis Komentar