Pilihan
Abdul Wahid Cagubri Muda yang merakyat ?? Begini pandangan masyarakat
Puluhan Karyawan Kembali Tuntut Tunggakan Gaji PT ASI PKS Kempas
Pj Bupati Inhil Rombak Birokrasi Saat Pemilu 2024, Terkait Politik?
Awas Perompak Filsafat, Siapa Itu?!

Manusia sebagai makhluk diidentifikasi dengan ciri berpikir sekaligus merupakan karunia yang patut disyukuri. Hidup dengan berpikir, baik dengan proses dalam menjalaninya juga memanfaatkan produk pemikiran yang telah ada sebagai warisan generasi sebelumnya. Tidak jarang, hal tersebut menghasilkan suatu tantangan untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan atau berkembang dengannya.
Tantangan adalah pada kemampuan menghargai serta melestarikan apa yang menjadi warisan para pendahulu, pada saat yang sama terdapat tuntutan untuk terus berkembang seiring berbagai perubahan dan berbagai kondisi yang disebut tantangan tersebut.
Kembali kepada pembahasan tentang pemikiran, dalam sejarah kehidupan manusia, secara sifatnya yang mendasar disebut Filsafat. Disiplin keilmuan modern mengklasifikasikannya dengan Ilmu Filsafat. Berbagai produk pemikiran tokoh atau yang disebut Filsuf dibahas dalam diskursus Ilmu Filsafat.
Termasuk di antaranya cara berpikir seperti logika dibahas sedemikian rupa dalam pendekatan ilmiah, selain sebagai perkenalan, hal ini dimaksudkan untuk merangsang agar mampu atau setidaknya memahami cara berpikir secara filosofis.
Lumrahnya kajian dalam berbagai disiplin keilmuan, terdapat banyak pandangan di sana dibahas secara teratur dan sistematis. Kondisi tertentu bahkan menuntut untuk berpikir serius. Maka menjadi sulit ketika pembahasan akan tema-tema tersebut secara terpisah-pisah dan sulit dipahami alurnya, baik secara pemikiran, tokoh sampai sejarahnya.
Filsafat, atau setidaknya dalam pengertian ilmiah, adalah diantara wadah yang tersedia untuk berbagai pemikiran berkembang. Tidak sebagai otoritas suci sepatutnya dihargai dan dijunjung tinggi, Filsafat membuka ruang untuk manusia-manusia berkembang dengan pemikirannya.
Tidak juga senantiasa lurus ("straight") dalam arti tanpa ada pertentangan, namun dinamika perbedaan pandangan serta berbagai pertentangan yang sejatinya juga terjadi internal pemikiran dan para tokohnya, seperti kritik seorang Filsuf terhadap Filsuf sebelumnya yang kemudian melahirkan pemikiran baru. Nyatanya Filsafat senantiasa eksistensi sepanjang peradaban manusia.
Sikap terhadap Filsafat
Seiring dengan itu, terdapat banyak pandangan yang menentang bahkan secara jelas menentang Filsafat sebagai produk pemikiran manusia secara serta-merta dan menyeluruh lantaran dianggap kontroversial bahkan menyimpang tanpa terkecuali sehingga harus dimusnahkan.
Sayangnya, Filsafat seringkali dirivalkan dengan agama. Tidak oleh agama secara tegas, semisal Nabi Ibrahim yang mengatakan Matahari, Bulan adalah Tuhan dalam rangka memberi pemahaman sebagai suatu kesesatan atau penyesetan, namun meski diakui juga ternyata, dalam dunia ini, agama tidak jarang dijadikan kendaraan untuk eksis oleh suatu golongan dengan menyangsikan secara an sich apa yang dianggap menyimpang.
Masih terkait contoh di atas, kisah Nabi Ibrahim 'Alaihis-salaam yang disebut al-Kholil, tidak menjadikan sesiapa untuk menentangnya sebagai kebenaran yang tertuang dalam kitab suci, setidaknya oleh para generasi penerus, namun senantiasa diagungkan sebagai satu di antara suri teladan terbaik dalam kitab-kitab yang juga diagungkan.
Namun apakah persoalan sesederhana itu? Artinya suatu pemikiran yang disusun sedemikian rupa oleh orang yang juga "terpilih", tidak dalam arti politik atau otoritas (jabatan) khas dunia lainnya dapat dibenarkan dengan memberangusnya secara begitu saja. Terkecuali Kitab Suci yang di dalamnya terdapat kisah perjuangan Nabi yang dikenal sebagai kekasih Allah tersebut, Filsafat senantiasa nahas bahkan dinafikan perannya dalam membangun kehidupan manusia seperti pemusnahan karya-karyanya.
Nah, sekarang ternyata jejak itu perlahan diikuti oleh sebagian kalangan di zaman ini. Meski tidak dalam arti langkah politik, namun berbagai usaha sejenis mulai terasa geraknya dengan mempreteli pemimiran-pimikiran Filsafat atau yang dinisbatkan terhadapnya. Jika dalam perkembangannya Filsafat di antaranya dijadikan sebagai alat pembela agama, uniknya zaman langkah tersebut kini justru dianggap sebagai pembela agama dengan mengesampingkan atau menyangsikan Filsafat.
Meski sejatinya corak ini dapat dihadapi secara terbuka dengan memproduksinya sebagai bagian dari pembacaan manusia, baik terhadap kehidupan, Filsafat dan agama oleh kalangan tertentu, sebagaimana yang dilakukan penulis saat ini, penulis juga menyadari bahwa sikap pembelaan terhadap Filsafat perlu juga diwaspadai. Layaknya sebuah baju, yang menjadikan Filsafat sebagai pakaiannya kenyataannya dapat juga menjerumuskan Filsafat itu sendiri. Baju Filsafatnya rusak, menjadikannya seolah Filsafatnya juga rusak. Ini ada di tengah-tengah masyarakat kita saat ini
Tulis Komentar